Summer of Divine Wisdom.
Dalam kehidupan orang percaya tidak hanya bergerak dalam pertumbuhan rohani saja, tetapi menyeluruh meliputi tubuh, jiwa dan roh. Kita beribadah setiap minggu untuk berlatih. Manusia di dalam kita diperlengkapi. Roh kita diberi makan di dalam ibadah kita, dalam pemahaman Firman Tuhan, dalam pujian penyembahan. Kita dibawa dari manusia duniawi kepada manusia rohani, sebab Alkitab berkata bahwa untuk mengalahkan dunia ini, kita harus punya iman. Bagaimana kita bisa punya iman ? Lewat Firman Tuhan yang hidup dalam diri kita.
"Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya. " 1 Tesalonika 5 : 23 - 24.
Di sini disebutkan dengan jelas bahwa kita harus memelihara roh, jiwa dan tubuh sebagai satu kesatuan.
Ibrani 4 : 12 "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."
Karena itu, saat kita beribadah, jangan hanya membawa jiwa saja, yaitu kehendak kita, tetapi juga tubuh dan roh kita.
Kita menjaga tubuh kita dengan latihan fisik supaya tampak baik dan sehat untuk melayani Tuhan. Tetapi juga di dalamnya, jiwa dan roh kita harus dijaga agar seimbang. Jiwa yang mempengaruhi gaya hidup dan pilihan makanan untuk kesehatan tubuh kita.
Tuhan menghendaki kita menjaga ketiga aspek ini dengan sempurna, tidak bercacat cela. Memang selalu masih ada kelemahan, tetapi ketika kita tahu kelemahan kita, jangan pernah jatuh lagi di kelemahan yang sama.
Amsal 4 : 23. "Jagalah hatimu penuh dengan kewaspadaan, sebab dari situlah terpancar kehidupan." Kita tidak bisa meminta Tuhan menjaga hati kita, kita sendirilah yang harus menjaga hati kita. Saat emosi kita mulai naik, sebenarnya Roh Kudus di dalam hati kita telah memberi peringatan. Tetapi masalahnya ada di jiwa kita. Jiwa yang tidak biasa dikendalikan akan menimbulkan petaka.
Perjalanan hidup kita dimulai dari sikap hati kita. Anda mau diberkati ? Jaga hatimu. Hidup yang selalu berputar di tempat yang sama, berasal dari sikap hati kita. Selama kita selalu menyalahkan orang lain atau keadaan sekitar, hati kita tidak pernah sembuh.
Tuhan berkata kepada Saul, kalau Roh Tuhan berkuasa atasmu, maka kamu akan menjadi manusia yang di atas rata - rata manusia lainnya (1 Sam 10 : 6). Tuhan berjanji akan menyertai apapun yang dilakukan Saul. Tetapi pada akhirnya, Saul gagal mendapatkan berkat janji Tuhan.
Kita belajar dari Saul, raja pertama Israel. Kita pelajari bahwa saat akan dinobatkan, Saul bersembunyi di antara barang - barang, padahal ia tahu bahwa hari itu ia akan menjadi raja. Tidak disebutkan di Alkitab, tetapi kita dapat simpulkan bahwa kemungkinan ia merasa minder. Sesuatu yang sakit di dalam hatinya, Saul memilih untuk menyimpannya dan suatu hari membuatnya mengambil keputusan - keputusan yang tidak benar di hadapan Tuhan.
Saat ia menjadi raja, ada orang yang pro dan kontra atas penobatannya. Tetapi terhadap celaan orang yang menentangnya, ia pura - pura tuli. Dan dalam 1 Sam 13, disebutkan peperangan antara Israel dan Filistin. Yonatan putranya yang memenangkan peperangan di daerah Gibea, tetapi Saul yang meniup terompet. Ia memiliki kebutuhan atas pengakuan akan apa yang ia lakukan. Ketika ia dikepung orang Filistin dan menunggu Samuel untuk mempersembahkan korban bakaran, Saul menjadi tidak sabar. Saul mempersembahkan korban bakaran itu sendiri, padahal ia tahu bahwa hanya orang Lewi yang boleh.
Kemudian saat Saul memerintahkan puasa saat ia berperang. Akhirnya rakyat menjadi lemah. Jiwa yang sakit, membuat keputusan - keputusan yang salah. 1 Sam 14 : 29 Yonatan tidak ikut berpuasa dan mendapatkan kemenangan dan jarahan lebih banyak. Saul hendak membunuh Yonatan tetapi rakyat membebaskannya. Dan akhir hidup Saul, ia bunuh diri di peperangan karena tidak mau ditawan.
Jiwa yang di dalam diri, harus terbuka di hadapan Tuhan. Semua luka yang ada harus disembuhkan. Apakah pelayanan kita hanya sebagai ajang mencari dukungan, untuk pengakuan eksistensi kita ? Banyak hamba Tuhan jatuh bukan karena tidak tahu kebenaran Firman Tuhan, tetapi karena jiwa di dalam dirinya yang ditutup - tutupi.
Healthy Soul, wealthy life.
Pdm. Yosua Andik
Minggu, 17 mei 2015
Kemudian saat Saul memerintahkan puasa saat ia berperang. Akhirnya rakyat menjadi lemah. Jiwa yang sakit, membuat keputusan - keputusan yang salah. 1 Sam 14 : 29 Yonatan tidak ikut berpuasa dan mendapatkan kemenangan dan jarahan lebih banyak. Saul hendak membunuh Yonatan tetapi rakyat membebaskannya. Dan akhir hidup Saul, ia bunuh diri di peperangan karena tidak mau ditawan.
Jiwa yang di dalam diri, harus terbuka di hadapan Tuhan. Semua luka yang ada harus disembuhkan. Apakah pelayanan kita hanya sebagai ajang mencari dukungan, untuk pengakuan eksistensi kita ? Banyak hamba Tuhan jatuh bukan karena tidak tahu kebenaran Firman Tuhan, tetapi karena jiwa di dalam dirinya yang ditutup - tutupi.
Healthy Soul, wealthy life.
Pdm. Yosua Andik
Minggu, 17 mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar