Bacaan : Lukas 7 : 1 - 10 ( http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Luk&chapter=7 )
Kita masih berbicara tentang hikmat Ilahi, Divine Wisdom. Hikmat itu adalah untuk melihat, menimbang dan membedakan sesuatu, lalu mengambil keputusan yang tepat atau benar, yang datang dari Tuhan.
Untuk melihat apakah seseorang penuh dengan hikmat Ilahi, pola pikirnya (kognitif), pola rasanya (afektif), pola tindakannya (motorik), dan responnya selalu berdasarkan kepada kebenaran. Komunikasinya pun selalu bernilai kebenaran.
Hikmat yang sempurna hanya ditemukan dalam Firman Tuhan.
Banyak gereja bicara tentang berkat, perlindungan, pemulihan. Tetapi bagaimana menjadi gereja yang membawa mujizat bagi orang lain? Sumber mujizat yaitu Kristus, ada dalam hidup setiap saudara, orang yang percaya. Kemampuan, hikmat dan kuasa itu ada dalam hidup saudara, tinggal bagaimana mengaplikasikan menjadi mujizat bagi tempat dimana kita berada.
Perwira Kapernaum ini asalnya dari Roma. Bangsa Yahudi pernah dijajah Romawi. Seorang prajurit paling tidak memiliki 100 orang bawahan. Ia bukan seorang Yahudi, membuktikan bahwa Kingdom tidaklah eksklusif. Tuhan fokus pada pribadi ini sama seperti kepada saudara, bukan lagi sebagai penerima mujizat, tetapi menjadi mujizat dan berpengaruh ke seluruh muka bumi.
Jemaat yang menjadi mujizat memiliki pola pikir sebagai berikut.
Pertama, bergaya hidup mengasihi (love).
7:2 | Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. | |
Di sini kita bisa melihat bahwa perwira ini bisa mempedulikan bangsa yang bukan memberkati dia, bahkan orang yang tidak selevel atau atasannya.
Kalau saudara beriman, saudara dapat melihat Tuhan di setiap kejadian. Tetapi kalau saudara mengasihi dengan kasih Tuhan, orang dapat melihat Tuhan dalam hidup saudara.
Orang yang mengasihi pasti dikenal Tuhan. Orang yang dikenal Yesus pasti menuruti segala perintah Yesus. Kasih adalah satu - satunya kekuatan yang dapat merubah musuh dan menjadikannya teman. Yesus tergantung di kayu salib bukan karena kekuatan paku, tetapi karena kekuatan kasih-Nya.
Kedua, memiliki kerjasama yang baik.
7 : 3 Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.
Coming together is a beginning. Keeping together is a process. Walking together is a success. Perhatikan kata sukses selalu memiliki huruf "u", yang melambangkan you, orang lain. Kita membutuhkan seorang dengan yang lain. Hanya berfokus pada diri sendiri tidak akan membukakan tujuan hidup kita yang sebenarnya. Kita perlu menghargai orang lain, siapapun dia.
Ketiga, percaya sepenuhnya hanya kepada Tuhan.
7 : 7 sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
Seorang guide dapat dipercaya karena ia sudah pernah melalui medan yang akan ditempuh. Apalagi Tuhan, Ia tidak akan meninggalkan saudara. Apa saja Ia dapat lakukan. Sandarkan diri saudara sepenuhnya kepada kemampuan Tuhan, bukan kemampuan saudara.
Ke empat, menghargai dan menghormati otoritas.
7 : 8 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
Bukti nyata adalah Yesus datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis. Terkadang kita tidak menghargai orang lain dengan apa yang dikerjakannya.
Kita tidak dipanggil sekedar bekerja untuk Tuhan, tetapi bekerja bersama Tuhan. Hati yang Tuhan pakai adalah hati yang berserah kepada-Nya.
Pelipatgandaan mujizat adalah diberkati dan menjadi berkat. Diberi mujizat untuk membawa mujizat.
Hati yang Tuhan pakai adalah hati yang berserah kepada - Nya.
Selamat menjadi mujizat.
Minggu, 26 April 2015
Pdt. Eluzai Frengky Utana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar